Senin, 12 September 2011

MOTIVASI TIM SUKSES


oleh: Beni Sulastiyo

Tim sukses adalah sebuah istilah yang sering muncul dalam setiap perhelatan politik. Namun tidak ada pengertian yang pasti apa arti tim sukses sebenarnya. Dalam www.KamusBahasaIndonesia.org, istilah tim suskses pun tidak ditemukan. Walaupun beberapa orang yang mengerti tata bahasa Indonesia mengatakan bahwa orang atau sekelompok orang yang turut serta mendukung seorang kandidat agar sukses itu lebih tepat menggunakan istilah “tim penyukses”, namun tim sukses telah menjadi istilah umum dari seseorang atau sekelompok orang yang mendukung kandidat tertentu walaupun pada akhirnya kandidat yang didukung ternyata gagal atau tidak sukses. Tim Penyukses mereka anggap lebih tepat karena tim ini berfungsi untuk menyukseskan orang yang belum sukses. Jadi lebih bermakna pada proses, bukan hasil. Sedangkan tim sukses lebih berkonotasi tim yang telah berhasil menyukseskan seorang kandidat.
Dalam konteks proses pemilihan umum atau pilkada, sebenarnya saya pribadi lebih senang dengan istilah “tim pemenangan”. Karena lebih memiliki nilai perjuangan pada proses dari pada istilah tim sukses yang lebih berkonotasi “telah berhasil” menyukseskan seseorang mencapai tujuan politiknya. Tapi sementara ini tak apalah kita tetap menggunakan istilah tim sukses.
Tulisan tidak akan membahas tentang istilah bahasa, tetapi akan membahas tentang motif seseorang atau sekelompok orang yang ingin terlibat sebagai anggota tim sukses seorang kandidat. Bagi seorang politisi motif ini perlu diketahui agar ia tahu cara untuk mengakomodir kepentingan anggota timnya. Sedangkan bagi orang-orang yang terlibat dalam proses politik mereka bisa memilih peran yang relevan dengan motif yang tersimpan dalam hati mereka.
Oke, menurutku terdapat setidaknya 8 motif seseroang atau sekelompok orang yang ingin bergabung sebagai tim sukses.
1.       Motif Ideologis
Seseorang atau sekelompok orang menjadi tim sukses karena ada kesamaan ide dengan kandidat. Mereka yang ingin menjadi tim sukses karena motif ideologis akan melihat terlebih dahulu apa gagasan dan ide yang akan diperjuangkan oleh kandidat dalam berbagai aspek, baik aspek sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Jika dahulu ideologi dapat dibedakan dengan karakter yang tegas,misalnya nasionalis, sosialis, komunis, atau religius. Tapi sekarang sangat jarang seorang kandidat memiliki ideologi dengan karakter yang tegas. Gagasan dan idenye lebih banyak lahir bukan dari buah pemikirannya sendiri tapi oleh seorang atau sekelompok tim ahli. Bukan dari pergulatan pemikirannya sendiri. Ini juga yang mengakibatkan banyak seorang kandidat yang sukses menjadi pemimpin lupa dengan apa yang akan diperjuangkannya saat sukses menjadi kepala daerah. Motif ideologis ini saat ini sering dibelokan menjadi motif keagamaan. Misalnya seseorang kandidat yang beragama Islam, Kristen, atau Konghucu akan didudukung oleh seseorang atau sekelompok orang yang beragama yang sama pula. Padahal agama tentu jauh berbeda dengan ideologi.
2.       Motif kekerabatan
Seseorang atau sekelompok orang menjadi tim sukses karena memiliki pertalian keluarga. Mereka yang menjadi tim sukses memiliki hubungan emosional dengan kandidat karena masih memiliki ikatan kekerabatan. Baik kekerabatan dalam sebuah pertalian darah, kekerabatan karena sebuah kelompok fam (marga), maupun kekerabatan karena perkawinan. Motif kekerabatan memiliki kekuatan yang cukup besar dalam bekerja dan menyumbang suara selama sang kandidat dianggap memiliki perhatian dan pembelaan terhadap keluarganya.
3.       Motif persekawanan
Mereka yang masuk dalam kelompok ini mengaggap sang kandidat adalah seorang kawan yang harus dibela. Biasanya “kawan” ini ditunjukan dalam sebuah identitas kewilayahan, misalnya kawan sekampung, identitas organisasi kawan satu alumni, kawan seperjuangan dalam sebuah organisasi sosial –kemasyarakatan. Sang kawan akan termotivasi menjadi tim sukses karena ia telah melihat track record sang kandidat sebagai seorang yang memiliki kepedulian, prestasi dan solidaritas dengan sesama kawan..
4.       Motif Instruksional
Mereka yang masuk dalam kelompok ini menjadi tim sukses karena perintah seseorang yang dianggap berpengaruh secara formal maupun kultural. Biasanya kelompok ini berasal dari sebuah organisasi besar yang mapan seperti organisasi politik, organisasi pemerintah, organisasi sosial-keagamaan. Dahulu di era Soeharto motif instruksional memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mencapai tujuan politik. Seluruh organisasi pemerintah dan non pemerintah diinstruksikan untuk mendukung partai atau kandidat tertentu. Insturksi akan efektif apabila sang pemberi instruksi dianggap memiliki kekuatan baik kekuatan kharismatik, kekuatan politis, maupun kekuatan material sehingga mampu memberikan reward atau punishment apabila anggotanya tidak mentaati instruksi yang diberikan. Namun di era sekarang, selain organisasi militer, sangat sulit menemukan pemimpin yang memiliki kemampuan instruksional yang efektif.
5.       Motif Material
Seseorang atau sekelompok orang dianggap memiliki motif material apabila ia memiliki kepentingan ekonomis terhadap kandidat. Motif material ini bisa dibagi 2, yaitu motif material pragmatis serta motif material jangka panjang. Mereka yang mengaggap seorang kandidat memiliki anggaran politik yang besar sehingga mampu memberikan material secara langsung, masuk dalam kelompok ini. Lembaga Survei, Lembaga pemenangan pemilu, konsultan komunikasi, tim kreatif, para tekhnisi, para pengusaha yang sedang memiliki ikatan bisnis/ komitment dengan sang kandidat biasanya masuk dalam kelompok ini. Mereka tak mau tahu dengan apa yang diperjuangkan oleh kandidat, mereka juga tak mau tahu apakah kandidat yang didukungnya menang atau kalah. Bagi mereka yang terpenting adalah sang kandidat mampu memberikan sesuatu yang bersifat material kepada mereka. Sedangkan mereka yang didorong  oleh motif material jangka panjang adalah mereka yang memiliki kepentingan bisnis jangka panjang. Mereka menjadi tim sukses karena menganggap sang kandidat dapat membantu kelancaran bisnisnya jika sukses nantinya. Para investor perkebunan, kontraktor menengah dan besar biasanya masuk dalam kelompok yang memiliki motif material ini. Biasanya mereka bahkan berani memberikan bantuan material kepada sang kandidat agar kandidat yang didukungnya benar-benar bisa menncapai tujuannya.
6.       Motif Pembelajaran
Politisi muda, dan mahasiswa biasanya masuk dalam kategori orang yang ingin mencari pengalaman dengan menjadi tim sukses. Mereka ingin mengetahui bagaimana rasa dan caranya menyukseskan seseorang dalam sebuah perhelatan politik. Orang-orang seperti ini biasanya akan membantu secara sukarela bagi kesuksesan kandidat. Kalaupun ada biaya yang mesti dikeluarkan jumlahnyapun tidak seberapa.
7.       Motif Politis
Motif ini dilandasi oleh sebuah kepentingan politis yang menguntungkan seseorang atau sekelompok orang secara imaterial. Seseorang yang menjadi tim sukses seorang kandidat untuk kepentingan mencari informasi dan membocorkannya kepada kandidat lain masuk dalam kategori tim sukses bermotif politis. Mereka yang berpihak kepada seorang kandidat yang secara matematis diyakini akan menang juga masuk dalam kategori ini. Termasuk pula seseorang atau sekelompok orang yang memerlukan klaim kemenangan sebagai faktor eksistensi. Seseorang atau sekelompok orang yang bermotif politis biasanya orang yang cerdik. Mereka bahkan mampu memainkan peranan dukungan kepada dua bahkan lebih kandidat yang sedang bersaing. Ciri khas orang seperti ini adalah mereka tidak mampu bekerja selain bicara.
8.       Motif Ikut-ikutan
Seseorang atau sekelompok orang yang mudah memberikan dukungan kepada kandidat karena diajak oleh tim sukses sang kandidat dianggap memiliki motif ikut-ikutan. Mereka mendukung karena diajak bukan karena melakukan pengambatan dan perhitungan secara mandiri. Perilaku mereka mengikuti arah angin. Hari ini mereka bisa saja ia mendukung dengan gegap gempita seorang kandidat tertentu, namun besoknya ketika kawannya mengajak untuk mendukung kandidat lain, ia melakukan hal yang serupa. Mereka yang menjadi tim sukses karena motif ikut-ikutan ini sangat banyak.

Jumat, 12 Agustus 2011

Pemberontak

Usah nak berharap pilkada Singkawang bise membawa Kote yang unik sedunie nii menjadi lebeh baek. Karena tak ade dalam kaus dunie, demokrasi bise menghaselkan pemimpen berkualitas tanpa sistem hukom yang tegas dan tidak memihak. Namon, kitepon usah nak terlalu pesimis juak dengan proses proses pilkada. Proses pilkada tetap punye peluang untok memperbaiki kualitas kepemimpinan dan kemajuan daerah. Dengan catatan, ade sekelompok urang yang berhati singe,berjiwe pemberontak, merakyat serta punye totalitas yang bulat untok mendedikasikan hidopnya bagi kemajuan manusie dan kemanusiaan. Ngape pula harus berhati singe, merakyat serta perlu totalitas? Karene perubahan lewat jalur politik ditengah sistem hukom yang sangat lemah haros diperjuangkan dengan energi yang luar biase. Mun, hatinye hati manusie kebanyakan, jiwe merakyatnye biase-biase jak, serte tak punye totalitas perjuangan yang tinggi, urang-urang yang tak berkulitas tapi punye duit banyak dan berjiwe culas bise dipastikan akan tampil jadi pemimpen agik. Tros mun ade urang yang berhati singe, bejiwe pemberontak, merakyat dan punye totalitas untok mengabdikan dirinye, camane care memperjuangkannye? Ye...bejuanglah dengan segale care...yang penting menang, yang penting kekuasaan bise direbot. Yooo, ndan nyalahe etika ke? hehee...maseh ade keh politisi yang beretika? Mun maseh ade, tentulah disian karus korupsi, tentulah disian kasus monye politik. Tros contoh gerakan yang mantap kak iye camane? Ade banyak carenye...Mun, kite dah yakin figur yang muncol nyalonkan dirik jadi kandidat Walikote Singkawang terindikasi melakukan korupsi, usah nak ragu. Sikat ajak...demo setiap hari di instansi, di kejaksaan, di kantor polisi sampai tegelatak. Mun dibiarkan bodohlah namenye...nyaman lalu die besaing pakai duit rakyat, sementare urang yang sungguh-sungguh nak majukan kote ndaan bise besaing karena ndaan beduit...Urang pasti akan bilang...usah gayyelah yak...iye namenye black campaign, iye namenye politik kotor. Jawab aja, "masih adekeh politik berseh di negeri antah berantah itok?". Hahaa... Sejarah udah membuktikan perebutan kekuasaan selalu diikuti same politik kotor. Kotor iye kan jak persepsi, disian indokatornye. Jaman Demak menghancurkan Majapahit, jaman Sutowijaya merebut tanah mataram, same urang yang tersisih dikatekan demak dan Sutawijaya melakukan politik kotor tak beretika. Yoo.. jaman Soekarno digulingkan Soeharto yang mengorbankan 7 jendral dan membunuh jutaan anak bangse tang bise dibilang daan kotor? Buktinye sampai kan itok disian yang diadilek atau dihukom kan, soalnye hukom dan sejarah selalu berpihak pade yang menang, hehee. Tentu maseh banyak care, untok meloloskan figur-figur energik yang punye keseriusan membangon kote Singkawang. Tapi seribu carepon percume jak mun disean figur bermental pemberontak yang berani berjuang dan berkorban buat perubahan. Sejarah udah membuktikan perubahan ke arah kebaikan selalu dilakukan oleh para pemude pemberani berjiwe pemberontak anti kemapanan. Tengoklah Jengis Khan, pemimpin suku barbar, yang berhasil jadi penakluk daratan Chine hingge sebagian Eropa, bukan agik pemberaninye die dengan pare pengikotnye. Liat juak NAbi Muhammad dengan pare pengikotnye, pulohan kali dalam setahon beliau tu beperang buat menegakan kebenaran. Hah, acamane kite nak mewujudkan perubahan dan perbaikan, sementare kite masih miker keselamatan direk sorang, keselamatan dapok/ rejeki? Mong laen jaklah hahaa... Mun memang banar-banar disean urang-urang pemberani bermental pemberontak yang nak nyalonkan direk, dahlah tutop buku jak. Mustahil jak nak ngarapkan perubahan. Jadikan jak moment pilkada tu untok ladang bisnis, ladang buat carek duet! Mun disean duetnye, usah nak bantok-bantok kandidat. Soalnye yang dibantokpon sebenarnye nyari duet gak kayak kite nii. Bukankah politik is business. Makenye banyak pengusaha yang rebutan jadi politisi atau kepala daerah, hahaaa. Sorrylah ye mun ade kate-kate yang menyinggong. Just think out of the box, biar kreatif beeeh. Rekan Djoeangmoe, Beni Sulastiyo

Kamis, 04 Agustus 2011

WALLPAPER HUT RI

Bangse kite tu kurang gigih dalam mewujodkan cite-cite. Atau tak gigih karene, bangse ini tak punye cite-cite ye? Bise jadi gak...tak taulah nak dibawak kemane perahu Nusantara niii...Tak ade gak nampaknye pidato berapi-api dari para pemimpen kite tentang Indonesia yang akan diwujudkan. Dolok ade propaganda yang bersifat optismistis dari Pak SBY, "Bersama Kita Bisa". Kalimat itu betuol-betol bise dipakai buat memotivasi rakyat Indonesia. Tapi nyatenye propaganda itu berenti seketika Pak SBY kembali berkuasa lagi....Bersama Kita Bisa, munkgin belum dilanjotkan kalimatnye ye? Bisa ape? bisa jadi presiden agik, bise korupsi agik, bise selamat dari tuntutan hukom, bise macam-macamlah yang mengontongkan direk nye sorang. Bise bise yang lain yang ngontongkan bangse tadak pernah dipekerkan.

Trus beberape waktu yang lalu ade sekelompok orang di perbatasan yang berniat begabong dengan Malaysia. Lalu Pak Milton, Bupati Sintang menghimbu agar masyarakat menumbuhkembangkan semangat Nasionalisme. Tapi kamek yaken, himbauan Nasionalisme dari para pemimpen tu tak akan pernah sampai di Sanubari rakyat, jike kesenjangan kemakmuran antare rakyat dan pemimpinnye makin menjadi-jadi. Rakyat kecil tak punye duet, tak bise kerje, susah nak masak gare-gare tak ade BBM,  bingung nak beli susu bayi yang terjangakau. Sementare para pemimpinnye sibok membangun rumah dinas mewah, mobil dinas mewah, jalan-jalan keluar negeri, menyantap uang rakyat dengan katawa-ketiwi.

Camane Rakyat pecayak dengan ucapan pemimpinnye, kalau perilaku para pemimpinnye lebeh banyak justro menghancoerkan Tanah Air!

Ini die ade dua wallpaper buat refleksi kite memperigati 66 tahun HUT RI....sile diunduh kalau suke....




Rekan Djoeangmoe


Beni Sulastiyo